Ini Penyebab Munculnya Jamur, Serangga dan Bau Apek Pada Beras Saat Pasca Panen


  •  
Tahukah Anda bahwa praktik pengeringan dan penyimpanan yang tidak benar dapat menyebabkan menurunnya kualitas biji-bijian atau benih.
Tahukah Anda bahwa praktik pengeringan dan penyimpanan yang tidak benar dapat menyebabkan menurunnya kualitas biji-bijian atau benih.
Sebagai contoh, beberapa masalah bisa muncul terkait pengeringan atau penyimpanan padi yang tidak baik atau tidak tepat waktu adalah:
Beras dengan kadar air tinggi akan menghasilkan panas saat di gudang
Aliran udara alami dari biji-bijian yang disimpan dan dalam kondisi basah atau kadar air tinggi akan menghasilkan panas, khususnya bila disimpan dalam karung dengan jumlah besar. Panas akan tersebut akan menjadi lingkungan pertumbuhan yang sangat baik untuk jamur, serangga, dan akhirnya menyebabkan kualitas beras atau gabah menurun.
Berkembangnya jamur
Jamur pada beras akan menyebarkan penyakit dalam biji-bijian dan dapat melepaskan racun ke dalam biji-bijian. Meskipun beberapa jamur mungkin sudah ada pada gabah atau padi  pada saat panen, kadar air yang terjaga baik dapat mengurangi perkembangan lebih lanjut dari jamur ini. Jika jamur berasal dari keluarga penghasil mikotoksin, beras tidak aman lagi untuk dikonsumsi dan mungkin sama sekali tidak dapat digunakan untuk konsumsi manusia maupun pakan ternak.
Infestasi serangga
Infestasi serangga selalu menjadi masalah pada gabah yang disimpan di iklim tropis, bahkan jika gabah sudah benar-benar kering sesuai dengan standar. Namun, semakin sedikit kelembapan dalam biji-bijian, semakin sedikit masalah serangga yang mungkin muncul. Kombinasi prosedur pengeringan yang tepat dan cara penyimpanan yang baik, termasuk kebersihan tempat penyimpanan, akan membuat serangan serangga pada tingkatan yang masih dapat diterima.
Pemudaran warna atau beras menjadi kuning
Warna yang memudar atau menjadi kuning pada butiran padi adalah hasil dari panas yang menumpuk pada padi sebelum dikeringkan. Butir beras yang berubah warna secara drastis mengurangi nilai pasar beras karena beras yang berwarna putih adalah karakteristik kualitas yang penting bagi konsumen beras. Meskipun perubahan warna adalah proses biokimia yang kompleks, hal ini dapat dengan mudah dihindari dengan pengeringan padi tepat waktu setelah panen.
Kehilangan daya kecambah dan pertumbuhan
Kelembaban yang tinggi pada benih akan secara bertahap mengurangi kemampuan perkecambahan benih selama penyimpanan. Respirasi aktif biji-bijian selama penyimpanan akan menghabiskan cadangan nutrisi yang digunakan benih untuk berkecambah atau bertunas. Jamur dan penyakit juga dapat mengurangi kemampuan benih untuk berkecambah. Semakin rendah kadar air benih pada awal penyimpanan, semakin lama benih tetap hidup.
Hilangnya kesegaran / munculnya bau apek
Penurunan kualitas atau penuaan beras yang disimpan muncul  dari kombinasi perubahan dalam komponen kimia (peningkatan asam lemak dan penurunan kadar gula) dan perubahan karakteristik inti beras (seperti kekerasan kernel). Panas yang menumpuk di biji-bijian (di atas 55ÂșC) karena serangga, jamur, atau kelembaban yang tinggi akan sering menimbulkan bau apek pada beras. Oleh karena itu, beras yang disimpan dalam waktu yang lama dalam kondisi buruk (kadar air biji-bijian yang tinggi dan / atau suhu tinggi) dapat menimbulkan bau apek yang akan mengurangi nilai pasar beras secara signifikan. Secara khusus, jamur yang tumbuh pada beras dapat menghasilkan bau menyengat karena kerusakan komponen kimia dalam beras.
Banyak beras patah atau menir
Penyebab utama keretakan biji padi adalah adsorpsi kelembaban butir beras kering dengan kadar air di bawah 16%. Ini dapat terjadi baik ketika butiran basah dicampur dengan butiran kering (dalam penyimpanan, dalam pengeringan atau setelah pengeringan) atau ketika butir kering terkena udara sekitar yang lembab dengan tingkat kelembaban yang relatif lebih tinggi dari standar yang ditentukan. Retakan pada biji padi karena tingkat kelembapan yang tidak stabil ini biasanya menyebabkan pecahnya biji-bijian selama proses penggilingan dan dengan demikian mengurangi jumlah beras kepala/utuh.
Dari penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa sangat penting mengetahui dengan akurat kadar air pada benih, baik itu pada saat masih gabah ataupun saat sudah menjadi beras dan disimpan di dalam gudang.  Untuk itulah diperlukan alat ukur kadar air benih agar proses pengeringan dan penyimpanan gabah dan beras bisa dilakukan secara maksimal.
Untuk itu PT.Panca Prima Wijaya sebagai distributor alat-alat pertanian yang terpercaya menyediakan alat ukur kadar air benih buatan Jepang yang terpercaya dan akurat, yaituShizuoka Seiki Comet CD-6E. Dengan alat ini Anda bisa mengetahui secara akurat dan presisi kadar air baik saat masih gabah maupun beras.
Untuk informasi lebih lengkap tentang Shizuoka Seiki Comet CD-6E, hubungi  PT. Panca Prima Wijaya sekarang juga melalui telephone atau melalui Whatsapp di 085313200188. Kami akan dengan senang hati membantu Anda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini